Diposkan pada cerita kita

Ternyata Tidak Mudah Menjadi Orang Tua

HAHAHA. Mungkin mama saya akan tertawa baca ini. Ya iyalah, saya anak yang berkemauan kuat ini selalu membuat pusing. Saya tentu denial hingga saya memiliki versi kecil diri saya. Andrea. Versi fotokopi diri saya 95% dan bapaknya 5%. Saya terheran-heran sih, bagaimana anak belum 2 tahun sudah buat semua orang pongah.

Caranya berbicara tidak seperti 2 tahun. Sudah bisa membalas perkataan saya, sudah bisa mengatakan “Ya Ampuuuun..!” jika saya melakukan sesuatu yang aneh atau salah. Sudah bisa memilih makanan yang dia mau. Sudah bisa negosiasi hingga saya kesal. Dan ketika saya mengadu kepada mama saya, jawabannya “Ya sama dengan kau dulu.”

Alamak! *Tepok Jidat*

Ternyata juga setelah punya anak, drama ART mengunjungi keluarga kami. Saya dan suami memang bekerja dan masa indah WFH sudah mulai tidak terlihat. Kami harus ke kantor dan berjibaku dengan macetnya ibukota. Ketika ART pulang, saya stres, benar-benar frustasi mengejar kegiatan kantor dan anak. Semua daycare yang masuk dari segi jarak, kualitas dan biaya penuh. Sampai anak harus dibawa ke kantor. Pulang rumah mesti harus beres-beres. Wow, bagaimana orang tua jaman dulu bisa bertahan? Sungguh saya menyadari ternyata menjadi orang tua tidak mudah. Maafkan saya anakmu, Mami, Papi. T.T

Hari ini saya bisa menulis karena tim hore di rumah sudah lengkap. Sus W, Mbak N dan Misel–tante kesayangan Andrea ada di rumah. Saya bisa bekerja di kantor dengan lebih tenang walaupun ya, menjadi orang tua tidak akan pernah bisa tidur nyenyak atau tenang lagi. Kamu akan sering mengecek CCTV rumah, kamu akan terbangun begitu anak bergerak sedikit. Berat badan dan tinggi badan di kurva bawah akan buat kamu stres dan jajan ke semua dokter. Berat yah.. Hihihi.. Kadang saya rindu masa gadis saya. Tiada beban. Wqwqwq.

Tapi meskipun kehidupan sekarang sangat menantang, saya bahagia bisa memiliki Andrea. Ada manusia yang mencintai saya dengan tulus selain orang tua saya. Manusia mungil yang memanggil saya,”Mami.. Mami.. Mami..”. Panggilan yang membuat saya berdegup kencang. Apalagi setiap bangun tidur dia menyambut saya dengan,”Good morning, Mami. Ea sayang mami..” Dia selalu mengusap kepala saya, meniru persis yang saya lakukan. Buyar semua rasa penat saya. Jadi maminya Andrea adalah kado terindah dalam hidup saya.

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib: ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. (Mazmur 139:13-14)

Penulis:

Sebenarnya ini blog pribadi karena yang tulis Sendy semua. Tapi kayaknya ga enak kalau nama suami ditinggalin. Anaknya cinta suami banget. :D

Tinggalkan komentar